Rabu, 01 Juni 2011

Dilema Dalam Ber-Agama



            Orang beragama dengan sepenuh hati tanpa mau atau berani untuk menentang apa yang telah diajarkan oleh kitab sucinya karena menurut mereka apa yang telah tertulis dalam kitab suci merupakan suatu hal yang wajib untuk ditaati dan dilaksanakan karena itu semua merupakan wahyu dari Tuhan. Pandangan yang sepertti ini terkadang terkesan sangat dogmatis sekali bagi manusia sebagai makhluk sosial. Jika memang demikian, lalu bagaimana jika dalam kitab suci itu terdapat ayat yang tidak relevan dengan kehidupan sekarang, apakah manusia harus seperti bayi yang menerima dan memakan apa yang diberikan oleh ibunya? Lalu, apalah artinya Tuhan menciptakan manusia dengan kelebihan pikiran? Bukankah pikiran itu harus dapat dimanfaatkan dengan baik agar dalam hidup ini kita dapat menjadi manusia yang lebih baik?
            Adanya kejanggalan dalam kitab suci itu sudah banyak sekali terlihat dan hampir setiap penganut yang mendalami agamanya merasakan hal yang demikian yang sebenarnya itu merupakan kesalahan dalam penafsirannya. Tetapi sayangnya, walaupun banyak yang telah paham akan hal tersebut merasa enggan untuk mengoreksi hal tersebut dengan alas an bahwa itu merupakan kitab sucinya jadi mau tidak mau harus mereka percayai tanpa mempermasalahkan apa yang sebenarnya memang sudah salah. Paham yang demikian sebenarnya tanpa kita sadari memberikan dampak yang sangat buruk sekali dalam hidup kitabermasyarakat. Contoh kecil, apabila dalam suatu keluarga terdapat satu orang yang berstatus sebagai pencuri ataupun koruptor dan semua keluarganya sudah tau akan tindakan buruknya tersebut, tetapi pihak keluarga merasa enggan untuk mengungkap hal tersebut, bahkan mereka terkesan menutupi keburukan tersebut. Karena menurut pandangan mereka, aib keluarga juga merupakan aib kita prbadi jadi harus kita tutupi agar tak ada yang tau. Contoh tadi merupakan suatu kenyataan yang pahit dalam kehidupan kita bermasyarakat dan hal itu memang benar demikian adanya. Orang cenderung enggan menegakan kebenaran karena faktor kepemilikan, entah itu keluarga maupun agama. Itulah efek bagi masyarakat kita yang seolah-olah berharap tidak mau membuat citra dirinya menjadi buruk dengan menutupi suatu kebohongan dan ketidak benaran dalam suatu agama. Agama seakan menjadi sebuah dilema bagi masyarakat, disatu sisi mereka inngin agar apa yang ada dalam kitan sucinya itu tidak lagi berteentangan dengan dirinya tetapi disisi lainnya mereka tanpa sadar menumbuhkan egoisme yang tinggi dengan menutupi penyalah tafsiran dari agamanya, agar dari luar terkesan bahwa agamanya tak tercela dan tak terbantahkan bahwa itu merupakan wahyu dari Tuhan.
            Kenapa susah untuk berkata yang jujur akan kekotoran diri, bukankah dengan kita jujur hal itu akan dapat membersihkan kita dari kekotoran itu sendiri? Mengapa kita biarkan agama ini menjadi sebuah dilemma bagi masyarakat yang lainnya? Mungkin bagi masyarakat yang sudah mempunyai pemahaman yang luas tentang agama akan paham dan mampu memberikan penafsiran tentang kesalahan-kesalahan penafsiran ayat dalam kitab sucinya, tetapi apakah masyarakat yang awam bisa? Jangan gunakan ukuran baju kita untuk orang lain. Orang yang awam dan tak berpendidikan akan menyerap apa yang ada sesuai dengan penafsiran yang ada dalam kitab suci tersebut. Walaupun hal itu salah mereka tidak akan paham dan mungkin mereka takan peduli, karena pandangan mereka adalah apa yang ada dalam kitab suci itulah yang paling benar, walaupun salah karena mereka tidaak paham. Oleh sebab itu,  mengapa bukan kita sebagai yang sedikitnya telah paham akan penyalah tafsiran itu yang memberikan peneangan kepada mereka yang belum paham, supaya jangan sampai orang beragama dalam kesalahan. Karena orang yang bijak adalah orang yang rela membagi ilmunya walaupun hanya sedikit dan itu bisa dipahami oleh orang banyak, dari pada menguasai banyak ilmu tapi tak pernah mau berbagi, itu sama halnya dengan orang yang sesat karena manusia adalah makhluk sosial bukan makhluk individu.
            Jadi, apakah kita semua akan tetap membiarkan budaya menyembunyikan hal yang buruk yang berkaitan tentang agama ataupun keluarga yang sudah sekian lama merusak moral masyarakat kita? Mari kita belajar untuk mengungkap kebenaran dan hilangkan budaya yang buruk. Walaupun sesaat akan membuat kita mrasa tersakiti dengan keadaan ini tapi hanya sebentar, dari pada harus kita pendam terus dan dalam hati selalu bertentangan, hal itu akan membuat kita menjadi lebih menderita. Jangan biarkan agama ini selamanya menjadi dilema bagi masyarakat yang akan mengarahkan munculnya egoisme pribadi dalam masyarakat. Mulailah membuka mata dan berikan pemahaman yang benar kepada masyarakat, karena kesalahan dalam menafsirkan sebuah mantra, ayat, sloka dan yang lainnya akan mengakibatkan doa yang dilantunkan oleh masyarakta menjdi sangat sia-sia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar